CONTINOUE 3RD SESSION ~ Broken Angel Double Stage


Broken Angel Double Stage (ONESHOOT GEUNSHIN)

Cast : Jang Geun  Seok

Park Shin Hye

Jung Yun Ho

Uee Kim Joo

Author : Shiell Fiolly Amanda

Rate : 2 PG, 1 NC

Genre : Scary (Horror) and Balad Romance

 

Seorang wanita tengah berusaha menyamar menjadi seorang apoteker di sebuah pabrikPharmachy ternama di seberang rumah sakit Seoul. Tak banyak yang diubahnya dalam berdandan. Hanya sebuah kaca mata hitam besar dan topi coklat yang sudah lumayan usang dipakainya sembari mengenakan mantel yang di dalamnya bernuansakan baju kemeja jubah besar serba putih yang mengidentitaskan dirinya seorang tenaga medis. Dengan suara yang agak dibuat – buat menjadi sedikit parau hingga – hingga tak ada seorang pun yang mengenalinya bahwa dirinya awal mulanya adalah seorang detectiveintel dari sebuah agen pindahan Amerika. Hingga – hingga namanya pun bukan nama korea seperti kebanyakan gadis muda asing yang tinggal lama di Korea. Meski sudah menetap lama, namun tak banyak yang dirinya tahu tentang Korea itu. Kemana – mana dirinya juga masih membawa sebuah kamus kecil di kantong celana panjangnya yang penuh dengan saku – saku. Sebuah mata tajam yang runcing terlihat sekali sedang diarahkannya kepada seorang pria yang baru saja memasuki toko obatnya. Bisa dibilang pria ini adalah target pertamanya dalam menerawang pembunuhan seorang direktur muda yang memimpin sebuah perusahaan Obat ternama di Mokpo. Apa mungkin pria ini ? yang terlihat begitu modis dan masih nampak sekali muda belia. Tak segan – segan dirinya mengamati langkah pria itu. Matanya tak berkedip sedikit pun mengikuti kemana pria itu bergerak. Seperti senjata senapan jitu yang sedang diarahkan seperti selalu dipakainya dalam melumpuhkan musuh yang selalu mengincarnya, wanita ini pun tetap melakukan hal yang sama. Hah, namun sayangnya pria itu nampak sepertinya mengerti tentang apa yang dilakukannya. Sesekali sang pria yang merasa tak nyaman menggerak – gerakkan kakinya berusaha mengelabuhi wanita ini, namun wanita ini memang lebih cerdik dari yang dirinya bayangkan.

“Hemmm.. Hem.. “ sang pria berusaha berdeham sesekali. Namun tak kalah seramnya dengan wanita yang tengah mengarahkan lirikan matanya beberapa kali ke arah pria itu semakin membuat pria itu bergidik. Sebernarnya apa yang tengah dorencanakan wanta itu terhadapnya. Bak ingin membunuhnya hidup – hidup saja wanita tu terus melihat ke arahnya. Hingga mau tak mau sang pria pun tertarik untuk menghampirinya.

“Maaf, nona, sepertinya ada masalah ?” kata – katanya yang seketika itu menghentikan sang wanita mengamatinya dan terkesan sedang membereskan obat yang diramunya ke dalam laci. Buru – buru dirinya ingin menjauh mundur ke belakang. Namun sang pria kembali menanyai dengan banyak pertanyaan yang menderanya.

“Nona, apa kau mengenalku sebelumnya ?” tanyanya mendelik berusaha mendekatkan perhatiannya ke arah wanita yang terlihat sedang berakting itu.

“Nona, kau bisa carikan aku sebuah obat untuk asma ? aku sangat membutuhkannya. Tapi aku tak tahu dimana tempatnya ?”

Oh ! apa lagi ini ? begitu ditanya justru semakin membuatnya harus memutar otak. Yang benar saja, dia bukan seorang apoteker dan baru pertama kali ini harus melayani pembeli dengan ramah atas permintaan obat – obatannya. Mana mungkin dirinya bisa tahu dimana letak – letak pastinya. Astaga ! apa yang harus aku lakukan ? tidak mungkin wanita ini memberikan obat secara sembarang. Ini bahkan menyangkut dengan nyawa seseorang dan dirinya tahu benar bahwa dirinya akan bertanggung jawab dengan itu. Ah ! mencari tahunya lewat mesin lacak di komputer ini. lewat PC yang berada di dekatnya setidaknya dirinya bisa mencari tahu dimana letak obat tersebut berada di deretean mana. Ya. dirinya akan mencaritahunya sekarang. Dengan sekali tekan dirinya pun menekana beberapa digit huruf dan keluarkan nomer indek obat itu dan dirinya pun segera berjalan keluar dari area mejanya dan mengambilkan sejumlah sampel obat mana yang akan dipilih oleh sang pria itu.

“Ini. atau yang ini ?” tanya kepada sang pria yang terlihat sedang mengangkat teleponnya. Baru beberapa menit saja pria ini sudah terlihat sedang sibuk dengan phonecellnya. Apa dia orang yang penting, kalau memang begitu, wanita ini harus bisa mendapatkan data diri dari sanga pria untuk membantu penyelidikannya.

“Eh, maaf, iya, nona. Obat yang mana ?”

“Ini ?”

“Ah, tapi bukan obat macam itu yang aku cari. Nama peraciknya benar tapi bukan obat seperti ini. kurang lebih bentuknya pepat pil dan warnanya merah dan biru. Ada, kan ?” katanya memberitahukan ciri – ciri obat yang sedang dicarinya.

“Oh, kalau begitu tidak ada. Sebab semua obat ini yang berhasil aku dapatkan dengan label obat asma. Mungkin kau bisa mencoba mencarinya ke toko yang lain ?” katanya menawarkan cara terburuk sebab tak ada satu pun obat yang cocok dengan yang dicari pria itu.

“Oh. Ya sudah kalau begitu, misalkan ada tolong hubungi aku. Ini kartu namaku nona. Hubungi saja bla kau sudah menemukannya.” Katanya langsung pergi menarik pintu yang terbut dari kaca itu dan segera melaju dengan mobil mewah yang sudah sedari tadi menunggunya di depan toko.

“HOH ! beruntung apa aku hari ini. tanpa harus bertanya tentang data dirinya. Dirinya sudah menyerahkan barang sepenting ini kepadaku. Terima kasih, Tuhan. Tinggal kita tunggu pengunjung lain.” Katanya menyelipkan kartu nama yang diperolehnya itu ke saku kemaja putihnya.

 

★★★

 

Sebuah taman kota seoran gadis yang tengah bermanja – manja dengan seorang pria yang nampaknya sedikit lebih tua dari umurnya. Berulang kali dirinya menyandarkan kepalanya ke bahuu pria itu yang nampaknya merasa tak nyaman dengan perlakuan yang diberikan wanita itu. Gadis yang dengan paras yang cantik dan tinggi semampai memperlihatkan sisi feminimnya dengan mengenakan mini dress berwarna hijau muda sama halnya dengan sang pria yang yang mengenakan kaos warna hujau dan celana panjang berwarna krem. Meski waktu tengah menginjak pukul 6 petang, agaknya sang wanita tetap ingin menikmati hari bersama dengan sang pria ini.

Sang pria pun berusaha melepaskan pegangan tangan dsang wanita yang sedari tadi melingkar di bahunya yang terasa mulai panas. Dirinya tak ingin berbasa – basi lagi. Dirinya akan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan sang wanita yang telah empat tahun dijalaninya. Meski awal mulanya dirinya yang tergila – gila dengan wanita ini, namun seiring dengan berjalannya waktu membuat sang pria muak dengan sikap sang wanita yang selalu minta ini dan itu, lalu belum lagi dirinya yang tak bisa dipercaya. Sering kali sang pria memergokinya sedang bersama dengan pria lain. Namun sang pria ini masih bisa menahannya. Tapi harus bagaimana lagi. Sekarang dirinya sudah banyak alasan untuk melepaskannya. Namun ini akan menjadi hal yang berat bagi wanita itu, namun sebaliknya bagi sang pria. Dirinya akan merasa sangat terselamatkan bisa menjauh dari kehidupan gadis di dekatnya itu.

“Uee, aku tak  bisa melanjutkan hubungan kita ini lagi. Kumohon kau lekas mengerti dengan kepiutusanku dan mampu menghargainya.” Kata Yunho menyampaikan perasaannya yang sudah tak bisa dibendungnya lagi.

“Kau pasti bercanda, kan ? ini sama sekali tidak lucu, Yunho.” Jawab Uee sembari melepas tertawaan ringan. Namun Yunho tetap bersikeras untuk membuatnya mengerti.

“Tidak aku serius. Kau lihat mataku ? Apa aku terkesan berpura – pura ?”

Akhirnya Uee mau tak mau memandangi ke arah bola matanya, sepertinya Yunho benar. Dirinya tak main – main. Sepersekian detik Uee masih bisa tertawa namun akhirnya dirinya menangis sekencang – kencangnya. Orang – orang yang berada di taman itu pun melihatinya sebab teriakannya yang membuat semua orang bahkan dari jarak radius 10 meter pun mendengarnya. Hingga Yunho yang merasa tak enak dengan orang – orang pun berusaha menutup – nutupi keadaan dengan mengatakan bahwa Uee baru saja menerima berita yang sangat mengejutkan hatinya. Orang – orang pun percaya saja dengan apa yang diomongkan Yunho. Hingga Uee pun menangis sedikit reda, dan Yunho harus segera membawanya pergi dari taman itu. Mencari tempat yang lebih privacy. Di sebuah rumah kosong yang berada di belakang taman, Yunho pun mulai mengatakan semuanya. Dari mengapa dirinya mengatakan ingin putus dan memaparkan alasan – alasannya termasuk saat Uee telah mengelabuhinya dan pergi bersama dengan pria lain. Dan Yunho juga sudah memiliki orang yang dicintainya lagi. Dan itu bukan Uee sekarang yang berada di hatinya.

Uee hanya bisa pasrah, bagaimana pun juga harga dirinya sebagai wanita tak bisa dielakkan. Dirinya hanya bisa menerima keputusan ini meski dalam lubuk hatinya hanya Yunholah kekasihnya yang paling mengerti dirinya apa apanya tanpa banyak menuntut banyak hal seperti para pria – pria lain yang juga menjalin hubungan dengannya. Dirinya pun langsung pergi begitu saja setelah Yunho telah menjelaskan semuanya. Dan tanpa membalikkan punggungnya dirinya pun meninggalkan tempat itu dan kenangan – kenangan manis selama bersama dengan pria ini. Jung Yunho.

 

★★★

 

“Oh, maafkan paman, sayang. Paman belum bisa menemukan obat gantinya. Paman yang dengan tidak sengaja membuangnya harusnya paman yang akan menggantinya. Tapi tenang saja paman akan segera mendapatkan obat yang sama dengan milik Marin. Marin, tenang, ya ?” kata Pria yang baru saja datang dan masuk lalu segera membelai rambut Marin, keponankan sekaligus satu – satunya keluarga yang dipunyainya.

“Ehm.. “ sambil melakukan gerakan – gerakan tangan yang mengisyaratkan bahwa dirinya telah memafkan kekhilafan pamannya itu. Pamannya pun semakin mempererat pelukannya.

“Sayang, andaikan ada obat atau cara untuk bisa membuatmu bisa bicara, paman pun akan bersedia melakukannya. Maafkan, paman.” Sesekali pria ini menyelipkan telapak tangannya di punggung gadis kecil yang berusia 9 tahun ini. mengingat kejadian yang membuat gadis kecil ini bisu membuatnya pilu. Pembunuhan kakak laki – lakinya dan juga kakak iparnya yang juga menyebabkan Marin kehilangan suaranya oleh karena pita suaranya yang sobek hingga – hingga dirinya harus sebatang kara menjaga Marin.

Tiba – tiba semburat bayangan hitam pun datang  di antara mereka, dua buah yang berpendar seperti cahaya yang hendak menyentuh tubuh Marin, namun tak satu pun dari mereka yang bisa melihatnya, perlambang kedua orang tua Marin yang lega sebab sudah menitipkan Marin kepada adik Mereka ini, namun masalah tak akan berhenti sampai di sini saja, untuk itu mereka hendak memperingatkan Sukkie, adik mereka untuk waspada dengan musibah – musibah yang akan menderanya dalam waktu dekat ini.

“Marin, jaga pamanmu juga, ya ?” suara dari bayangan itu pun sampai kepada Marin, demi tak membuat pamannya gusar dia tak menceritakan bahwa ayah ibunya telah melindungi mereka berdua.

 

★★★

 

3 hari kemudian terdapat sebuah perayaan keberhasilan perusahaan pharmachy ternama di Nam Won yang dipimpin oleh keluarga besar Lee, dengan mengusung direktur serta genderal manager yang baru yang tidak lain adalah pewaris tunggal dari keluarga Lee sendiri yaitu pesohor muda, Lee Jong Hun yang sedang menyandang gelar master studynya itu di Harvard University, dirinya baru saja lulus di pertengahan Mei lalu dan sekarang dirinya sudah siap untuk memimpin perusahaan milik kakeknya itu. Dengan ramah dirinya menjabat tangan semua rekan bisnis kakeknya. Di rumah yang begitu mewah bak hotel itu pun sudah pasti menjadi sasaran empuk untuk para mafia beraksi dengan para senjata bawaannya. Maka dari itu sudah pasti untuk acara sehebat ini Joy datang untuk segera mencari tahu yang barang pasti ada hubungannya dengan kematian pemilik toko pharmachy terbesar di Mokpo.

“Kau begitu muda, ya ?” sanjung seorang wanita yang mengisi acara di sebuah pesta perayaan yang diharidi lebih dari 200 orang itu, dari karyawan, rekan bisnis juga kenalan – kenalan wirausahawan dari Lee Jang Woo, kakek Lee Jong Hun.

Joy yang tengah mengendarkan pandangannya ke arah Lee Jong Hun dan rekan kerjanya di ujung pintu pun tak segan – segan untuk menelepon bosnya yang sedang berada jauh di seberang ikut mengawasi acara itu lewat kamera candid yang bawa Joy lewat kerah bajunya.

“Sepertinya dia tak tahu menahu tentang kejahatan kakeknya, Bos.” Kata Joy terhadap So Yoon Park di dalam telepon.

“Biarkan saja, yang terpenting kau jangan sampai lengah, terus awasi gerak – gerik mereka. Jangan sampai mereka mengelabuhimu, Joy,” kata Yoon Park mengingatkana. Joy pun segera menutup teleponnya beberapa saat. Dan tanpa disadari dirinya bertemu juga dengan pria yang ditemuinya di toko obat saat dirinya menyamar menjadi seorang apoteker di Seoul. Ini kabar yang bagus. Sbernarnya siapa dia. Dan ada hubungan apa dengan kelluarga Lee. Maka Joy tak akan menyia – nyiakan hal ini dan segera datang mendekat ke arah pria itu.

“Sukkie ?” mendelik seketika Lee Jong Hun menyebut nama pria itu Sukkie, dan ternyata dirinya seorang professor yang menganangi kehigienisan dari semua label obat yang tengah dikeluarkan di Seoul. Owh, pria muda itu seorang professor rupanya, pantas saja dari gayanya dirinya bukan pria yang sembarangan. Maka dari itu Joy harus bisa mendapatkan informasi darinya.

Baru beberapa kali Sukkie berdiri sepertinya dirinya sudah harus pergi meninggalkan area pesta. Dengan balutan jas biru laut tua dan topi hitam yang dirinya sampirkan di dekat pintu tadi pun diraupnya dan mendadak seorang laki – laki keluar dari balik pintu. Jung Yunho yang juga  mengadiri pesta perayaan itu pun ternyata juga mengenal dengan keluarga Lee. Dirinya sebagai donatur tetap di perusahaan parmachy keluarga Lee selama 12 tahun. Oh, tidak. Ini pasti ada yang salah. Joy harus menghentikan Sukkie. Dirinya mencari cara bagaimana untuk membuat Sukkie memperhatikannya. Joy pun memebayar seseorang di sampingny untuk berakting sebagai seorang kekasih yang menelantarkannya di pesta. Hingga Sukkie pun terpaksa harus melerai dan membelanya.

“Apa katamu ? Aku salah apa ?” kata Joy yang merengek memegangi bahu pria itu dan ditampik keras oleh pria itu hingga tubuhnya hampir terpelanting ke jalan raya yang lebar itu. Bagaimana bisa Sukkie membiarkan hal buruk menimpa wanita yang padahal hanya menjeratnya masuk ke dalam perangkap Joy itu.

“Kau ingin tahu salahmu, banyak. Pergi dar hidupku dan jangan menampakkan batang hidungmu lagi !” bentak keras pria itu ke arah Joy sembari mendorongnya ke jalanan.

Sukkie pun tak tinggal diam. Mengetahui hal itu dirinya segera menarik Joy ke tepi. Hingga mereka pun harus tergelinding ke jalanan yang berada di samping kirinya dan hampir saja masuk ke parit. Nyaris saja. namun Sukkie yang sudah memeluk tubuh Joy dan menyandarkan kepala Joy di bawah dadanya itu pun banyak menyelamatkan tubuh Joy dari tabrakan yang bisa saja menimpanya bila dia harus berada lebih lama di tengah jalan raya itu.

 

★★★

 

“Benar kau tidak apa – apa ? Apa ada yang sakit atau terluka ?” kata Sukkie memperhatikan sekujur tubuh Joy yang terpelanting ke jalan raya tadi. Melihat lengan putihnya dengan mini dress hitam yang dipakainya tanpa lengan sepertinya memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan namun entahlah dengan shock yang sempat dialami gadis yang berada di depannya yang tanpa ia tahu semua ini hanyalah acting belaka.

“Ah, berkatmu aku sudah tidak apa – apa. Terima kasih, banyak, tuan.” Kata Joy berbasa – basi.

“Eh, sepertinya kita pernah berjumpa sebelumnya. Tapi dimana, ya ?” kata Sukkie mencoba berpikir. Ah, tentu saja ini akan memperburk keadaan kalau saja dia tahu Joy adalah wanita di apatek itu.

“Oh, aku rasa tidak. Mungkin kau salah lihat saja.” katanya mengelak.

“Mungkin juga seperti itu. Ya sudah, bagaimana kalau aku antar pulang ke rumahmu.”

“Apa kau tidak keberatan ? Rumahku jauh dari kota.” Kata Joy berusaha bersikap manis.

“Tentu saja tidak. Wanita tak baik pulang malam – malam sendirian.” Joy tersenyum ke arah Sukkie dan membenarkan posisi duduknya.

“Apa rumahmu di sini ? Kau tidak ketakukan tinggal di rumah yang sepi dengan penduduk seperti ini ?” lihat Joy ke sekeliling rumahnya yang memang sudah sedari awal dirinya tinggali sejak bernaung dan menetap di Korea.

“Tidak. Tentu aku sudah terbiasa dengan semua ini. kau mau mampir dulu atas langsung pulang ?” ucap Joy menawarinya untuk singgah sebentar ke rumahnya, namun Sukkie pun menolak lantaran dirinya tak ingin berlama – lama meninggalkan Marin di rumah sendirian.

“Kapan – kapan saja aku akan berkunjung kemari lagi, ada keponakanku di rumah yang sedang menungguku. Aku tidak enak jika harus meninggalkannya lebih lama.” Katanya.

“Oh, kalau begitu sekalian ajak saja keponakanmu kemari juga.”

“Baiklah, jaga dirimu baik, baik.” Kata Sukkie.

“Joy, namaku Joy.”

“Baiklah. Joy Piercie, bukan ?”

“Darimana kau tahu ?” kata Joy melihat ke sekeling tubuhnya tak ada identitas yang tertera di situ.

“Tadi ada di kartu nama yang jatuh di dekat sepatumu.”

“Oh, begitu.” Jawab Joy sembari tersenyum keras yang terlihat agak dibuat – buat lalu melambai – lambaikan tangannya ke arah Sukkie yang telah melaju kencang.

“Jeli juga ternyata pria ini.” gumam Joy lalu masuk ke halaman rumahnya.

 

★★★

 

Seorang wanita tengah berusaha menyamar menjadi seorang apoteker di sebuah pabrik Pharmachyternama di seberang rumah sakit Seoul. Tak banyak yang diubahnya dalam berdandan. Hanya sebuah kaca mata hitam besar dan topi coklat yang sudah lumayan usang dipakainya sembari mengenakan mantel yang di dalamnya bernuansakan baju kemeja jubah besar serba putih yang mengidentitaskan dirinya seorang tenaga medis. Dengan suara yang agak dibuat – buat menjadi sedikit parau hingga – hingga tak ada seorang pun yang mengenalinya bahwa dirinya awal mulanya adalah seorang detectiveintel dari sebuah agen pindahan Amerika. Hingga – hingga namanya pun bukan nama korea seperti kebanyakan gadis muda asing yang tinggal lama di Korea. Meski sudah menetap lama, namun tak banyak yang dirinya tahu tentang Korea itu. Kemana – mana dirinya juga masih membawa sebuah kamus kecil di kantong celana panjangnya yang penuh dengan saku – saku. Sebuah mata tajam yang runcing terlihat sekali sedang diarahkannya kepada seorang pria yang baru saja memasuki toko obatnya. Bisa dibilang pria ini adalah target pertamanya dalam menerawang pembunuhan seorang direktur muda yang memimpin sebuah perusahaan Obat ternama di Mokpo. Apa mungkin pria ini ? yang terlihat begitu modis dan masih nampak sekali muda belia. Tak segan – segan dirinya mengamati langkah pria itu. Matanya tak berkedip sedikit pun mengikuti kemana pria itu bergerak. Seperti senjata senapan jitu yang sedang diarahkan seperti selalu dipakainya dalam melumpuhkan musuh yang selalu mengincarnya, wanita ini pun tetap melakukan hal yang sama. Hah, namun sayangnya pria itu nampak sepertinya mengerti tentang apa yang dilakukannya. Sesekali sang pria yang merasa tak nyaman menggerak – gerakkan kakinya berusaha mengelabuhi wanita ini, namun wanita ini memang lebih cerdik dari yang dirinya bayangkan.

“Hemmm.. Hem.. “ sang pria berusaha berdeham sesekali. Namun tak kalah seramnya dengan wanita yang tengah mengarahkan lirikan matanya beberapa kali ke arah pria itu semakin membuat pria itu bergidik. Sebernarnya apa yang tengah dorencanakan wanta itu terhadapnya. Bak ingin membunuhnya hidup – hidup saja wanita tu terus melihat ke arahnya. Hingga mau tak mau sang pria pun tertarik untuk menghampirinya.

“Maaf, nona, sepertinya ada masalah ?” kata – katanya yang seketika itu menghentikan sang wanita mengamatinya dan terkesan sedang membereskan obat yang diramunya ke dalam laci. Buru – buru dirinya ingin menjauh mundur ke belakang. Namun sang pria kembali menanyai dengan banyak pertanyaan yang menderanya.

“Nona, apa kau mengenalku sebelumnya ?” tanyanya mendelik berusaha mendekatkan perhatiannya ke arah wanita yang terlihat sedang berakting itu.

“Nona, kau bisa carikan aku sebuah obat untuk asma ? aku sangat membutuhkannya. Tapi aku tak tahu dimana tempatnya ?”

Oh ! apa lagi ini ? begitu ditanya justru semakin membuatnya harus memutar otak. Yang benar saja, dia bukan seorang apoteker dan baru pertama kali ini harus melayani pembeli dengan ramah atas permintaan obat – obatannya. Mana mungkin dirinya bisa tahu dimana letak – letak pastinya. Astaga ! apa yang harus aku lakukan ? tidak mungkin wanita ini memberikan obat secara sembarang. Ini bahkan menyangkut dengan nyawa seseorang dan dirinya tahu benar bahwa dirinya akan bertanggung jawab dengan itu. Ah ! mencari tahunya lewat mesin lacak di komputer ini. lewat PC yang berada di dekatnya setidaknya dirinya bisa mencari tahu dimana letak obat tersebut berada di deretan mana. Ya. dirinya akan mencaritahunya sekarang. Dengan sekali tekan dirinya pun menekana beberapa digit huruf dan keluarkan nomer indek obat itu dan dirinya pun segera berjalan keluar dari area mejanya dan mengambilkan sejumlah sampel obat mana yang akan dipilih oleh sang pria itu.

“Ini. atau yang ini ?” tanya kepada sang pria yang terlihat sedang mengangkat teleponnya. Baru beberapa menit saja pria ini sudah terlihat sedang sibuk dengan phonecellnya. Apa dia orang yang penting, kalau memang begitu, wanita ini harus bisa mendapatkan data diri dari sanga pria untuk membantu penyelidikannya.

“Eh, maaf, iya, nona. Obat yang mana ?”

“Ini ?”

“Ah, tapi bukan obat macam itu yang aku cari. Nama peraciknya benar tapi bukan obat seperti ini. kurang lebih bentuknya pepat pil dan warnanya merah dan biru. Ada, kan ?” katanya memberitahukan ciri – ciri obat yang sedang dicarinya.

“Oh, kalau begitu tidak ada. Sebab semua obat ini yang berhasil aku dapatkan dengan label obat asma. Mungkin kau bisa mencoba mencarinya ke toko yang lain ?” katanya menawarkan cara terburuk sebab tak ada satu pun obat yang cocok dengan yang dicari pria itu.

“Oh. Ya sudah kalau begitu, misalkan ada tolong hubungi aku. Ini kartu namaku nona. Hubungi saja bila kau sudah menemukannya.” Katanya langsung pergi menarik pintu yang terbuat dari kaca itu dan segera melaju dengan mobil mewah yang sudah sedari tadi menunggunya di depan toko.

“HOH ! beruntung apa aku hari ini. tanpa harus bertanya tentang data dirinya. Dirinya sudah menyerahkan barang sepenting ini kepadaku. Terima kasih, Tuhan. Tinggal kita tunggu pengunjung lain.” Katanya menyelipkan kartu nama yang diperolehnya itu ke saku kemaja putihnya.

 

★★★

 

Sebuah taman kota seoran gadis yang tengah bermanja – manja dengan seorang pria yang nampaknya sedikit lebih tua dari umurnya. Berulang kali dirinya menyandarkan kepalanya ke bahuu pria itu yang nampaknya merasa tak nyaman dengan perlakuan yang diberikan wanita itu. Gadis yang dengan paras yang cantik dan tinggi semampai memperlihatkan sisi feminimnya dengan mengenakan mini dress berwarna hijau muda sama halnya dengan sang pria yang yang mengenakan kaos warna hujau dan celana panjang berwarna krem. Meski waktu tengah menginjak pukul 6 petang, agaknya sang wanita tetap ingin menikmati hari bersama dengan sang pria ini.

Sang pria pun berusaha melepaskan pegangan tangan dsang wanita yang sedari tadi melingkar di bahunya yang terasa mulai panas. Dirinya tak ingin berbasa – basi lagi. Dirinya akan memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan sang wanita yang telah empat tahun dijalaninya. Meski awal mulanya dirinya yang tergila – gila dengan wanita ini, namun seiring dengan berjalannya waktu membuat sang pria muak dengan sikap sang wanita yang selalu minta ini dan itu, lalu belum lagi dirinya yang tak bisa dipercaya. Sering kali sang pria memergokinya sedang bersama dengan pria lain. Namun sang pria ini masih bisa menahannya. Tapi harus bagaimana lagi. Sekarang dirinya sudah banyak alasan untuk melepaskannya. Namun ini akan menjadi hal yang berat bagi wanita itu, namun sebaliknya bagi sang pria. Dirinya akan merasa sangat terselamatkan bisa menjauh dari kehidupan gadis di dekatnya itu.

“Uee, aku tak  bisa melanjutkan hubungan kita ini lagi. Kumohon kau lekas mengerti dengan kepiutusanku dan mampu menghargainya.” Kata Yunho menyampaikan perasaannya yang sudah tak bisa dibendungnya lagi.

“Kau pasti bercanda, kan ? ini sama sekali tidak lucu, Yunho.” Jawab Uee sembari melepas tertawaan ringan. Namun Yunho tetap bersikeras untuk membuatnya mengerti.

“Tidak aku serius. Kau lihat mataku ? Apa aku terkesan berpura – pura ?”

Akhirnya Uee mau tak mau memandangi ke arah bola matanya, sepertinya Yunho benar. Dirinya tak main – main. Sepersekian detik Uee masih bisa tertawa namun akhirnya dirinya menangis sekencang – kencangnya. Orang – orang yang berada di taman itu pun melihatinya sebab teriakannya yang membuat semua orang bahkan dari jarak radius 10 meter pun mendengarnya. Hingga Yunho yang merasa tak enak dengan orang – orang pun berusaha menutup – nutupi keadaan dengan mengatakan bahwa Uee baru saja menerima berita yang sangat mengejutkan hatinya. Orang – orang pun percaya saja dengan apa yang diomongkan Yunho. Hingga Uee pun menangis sedikit reda, dan Yunho harus segera membawanya pergi dari taman itu. Mencari tempat yang lebih privacy. Di sebuah rumah kosong yang berada di belakang taman, Yunho pun mulai mengatakan semuanya. Dari mengapa dirinya mengatakan ingin putus dan memaparkan alasan – alasannya termasuk saat Uee telah mengelabuhinya dan pergi bersama dengan pria lain. Dan Yunho juga sudah memiliki orang yang dicintainya lagi. Dan itu bukan Uee sekarang yang berada di hatinya.

Uee hanya bisa pasrah, bagaimana pun juga harga dirinya sebagai wanita tak bisa dielakkan. Dirinya hanya bisa menerima keputusan ini meski dalam lubuk hatinya hanya Yunholah kekasihnya yang paling mengerti dirinya apa apanya tanpa banyak menuntut banyak hal seperti para pria – pria lain yang juga menjalin hubungan dengannya. Dirinya pun langsung pergi begitu saja setelah Yunho telah menjelaskan semuanya. Dan tanpa membalikkan punggungnya dirinya pun meninggalkan tempat itu dan kenangan – kenangan manis selama bersama dengan pria ini. Jung Yunho.

 

★★★

 

“Oh, maafkan paman, sayang. Paman belum bisa menemukan obat gantinya. Paman yang dengan tidak sengaja membuangnya harusnya paman yang akan menggantinya. Tapi tenang saja paman akan segera mendapatkan obat yang sama dengan milik Marin. Marin, tenang, ya ?” kata Pria yang baru saja datang dan masuk lalu segera membelai rambut Marin, keponankan sekaligus satu – satunya keluarga yang dipunyainya.

“Ehm.. “ sambil melakukan gerakan – gerakan tangan yang mengisyaratkan bahwa dirinya telah memafkan kekhilafan pamannya itu. Pamannya pun semakin mempererat pelukannya.

“Sayang, andaikan ada obat atau cara untuk bisa membuatmu bisa bicara, paman pun akan bersedia melakukannya. Maafkan, paman.” Sesekali pria ini menyelipkan telapak tangannya di punggung gadis kecil yang berusia 9 tahun ini. mengingat kejadian yang membuat gadis kecil ini bisu membuatnya pilu. Pembunuhan kakak laki – lakinya dan juga kakak iparnya yang juga menyebabkan Marin kehilangan suaranya oleh karena pita suaranya yang sobek hingga – hingga dirinya harus sebatang kara menjaga Marin.

Tiba – tiba semburat bayangan hitam pun datang  di antara mereka, dua buah yang berpendar seperti cahaya yang hendak menyentuh tubuh Marin, namun tak satu pun dari mereka yang bisa melihatnya, perlambang kedua orang tua Marin yang lega sebab sudah menitipkan Marin kepada adik Mereka ini, namun masalah tak akan berhenti sampai di sini saja, untuk itu mereka hendak memperingatkan Sukkie, adik mereka untuk waspada dengan musibah – musibah yang akan menderanya dalam waktu dekat ini.

“Marin, jaga pamanmu juga, ya ?” suara dari bayangan itu pun sampai kepada Marin, demi tak membuat pamannya gusar dia tak menceritakan bahwa ayah ibunya telah melindungi mereka berdua.

 

★★★

 

3 hari kemudian terdapat sebuah perayaan keberhasilan perusahaan pharmachy ternama di Nam Won yang dipimpin oleh keluarga besar Lee, dengan mengusung direktur serta genderal manager yang baru yang tidak lain adalah pewaris tunggal dari keluarga Lee sendiri yaitu pesohor muda, Lee Jong Hun yang sedang menyandang gelar master studynya itu di Harvard University, dirinya baru saja lulus di pertengahan Mei lalu dan sekarang dirinya sudah siap untuk memimpin perusahaan milik kakeknya itu. Dengan ramah dirinya menjabat tangan semua rekan bisnis kakeknya. Di rumah yang begitu mewah bak hotel itu pun sudah pasti menjadi sasaran empuk untuk para mafia beraksi dengan para senjata bawaannya. Maka dari itu sudah pasti untuk acara sehebat ini Joy datang untuk segera mencari tahu yang barang pasti ada hubungannya dengan kematian pemilik toko pharmachy terbesar di Mokpo.

“Kau begitu muda, ya ?” sanjung seorang wanita yang mengisi acara di sebuah pesta perayaan yang diharidi lebih dari 200 orang itu, dari karyawan, rekan bisnis juga kenalan – kenalan wirausahawan dari Lee Jang Woo, kakek Lee Jong Hun.

Joy yang tengah mengendarkan pandangannya ke arah Lee Jong Hun dan rekan kerjanya di ujung pintu pun tak segan – segan untuk menelepon bosnya yang sedang berada jauh di seberang ikut mengawasi acara itu lewat kamera candid yang bawa Joy lewat kerah bajunya.

“Sepertinya dia tak tahu menahu tentang kejahatan kakeknya, Bos.” Kata Joy terhadap So Yoon Park di dalam telepon.

“Biarkan saja, yang terpenting kau jangan sampai lengah, terus awasi gerak – gerik mereka. Jangan sampai mereka mengelabuhimu, Joy,” kata Yoon Park mengingatkana. Joy pun segera menutup teleponnya beberapa saat. Dan tanpa disadari dirinya bertemu juga dengan pria yang ditemuinya di toko obat saat dirinya menyamar menjadi seorang apoteker di Seoul. Ini kabar yang bagus. Sbernarnya siapa dia. Dan ada hubungan apa dengan kelluarga Lee. Maka Joy tak akan menyia – nyiakan hal ini dan segera datang mendekat ke arah pria itu.

“Sukkie ?” mendelik seketika Lee Jong Hun menyebut nama pria itu Sukkie, dan ternyata dirinya seorang professor yang menganangi kehigienisan dari semua label obat yang tengah dikeluarkan di Seoul. Owh, pria muda itu seorang professor rupanya, pantas saja dari gayanya dirinya bukan pria yang sembarangan. Maka dari itu Joy harus bisa mendapatkan informasi darinya.

Baru beberapa kali Sukkie berdiri sepertinya dirinya sudah harus pergi meninggalkan area pesta. Dengan balutan jas biru laut tua dan topi hitam yang dirinya sampirkan di dekat pintu tadi pun diraupnya dan mendadak seorang laki – laki keluar dari balik pintu. Jung Yunho yang juga  mengadiri pesta perayaan itu pun ternyata juga mengenal dengan keluarga Lee. Dirinya sebagai donatur tetap di perusahaan parmachy keluarga Lee selama 12 tahun. Oh, tidak. Ini pasti ada yang salah. Joy harus menghentikan Sukkie. Dirinya mencari cara bagaimana untuk membuat Sukkie memperhatikannya. Joy pun memebayar seseorang di sampingny untuk berakting sebagai seorang kekasih yang menelantarkannya di pesta. Hingga Sukkie pun terpaksa harus melerai dan membelanya.

“Apa katamu ? Aku salah apa ?” kata Joy yang merengek memegangi bahu pria itu dan ditampik keras oleh pria itu hingga tubuhnya hampir terpelanting ke jalan raya yang lebar itu. Bagaimana bisa Sukkie membiarkan hal buruk menimpa wanita yang padahal hanya menjeratnya masuk ke dalam perangkap Joy itu.

“Kau ingin tahu salahmu, banyak. Pergi dar hidupku dan jangan menampakkan batang hidungmu lagi !” bentak keras pria itu ke arah Joy sembari mendorongnya ke jalanan.

Sukkie pun tak tinggal diam. Mengetahui hal itu dirinya segera menarik Joy ke tepi. Hingga mereka pun harus tergelinding ke jalanan yang berada di samping kirinya dan hampir saja masuk ke parit. Nyaris saja. namun Sukkie yang sudah memeluk tubuh Joy dan menyandarkan kepala Joy di bawah dadanya itu pun banyak menyelamatkan tubuh Joy dari tabrakan yang bisa saja menimpanya bila dia harus berada lebih lama di tengah jalan raya itu.

 

★★★

 

“Benar kau tidak apa – apa ? Apa ada yang sakit atau terluka ?” kata Sukkie memperhatikan sekujur tubuh Joy yang terpelanting ke jalan raya tadi. Melihat lengan putihnya dengan mini dress hitam yang dipakainya tanpa lengan sepertinya memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan namun entahlah dengan shock yang sempat dialami gadis yang berada di depannya yang tanpa ia tahu semua ini hanyalah acting belaka.

“Ah, berkatmu aku sudah tidak apa – apa. Terima kasih, banyak, tuan.” Kata Joy berbasa – basi.

“Eh, sepertinya kita pernah berjumpa sebelumnya. Tapi dimana, ya ?” kata Sukkie mencoba berpikir. Ah, tentu saja ini akan memperburk keadaan kalau saja dia tahu Joy adalah wanita di apatek itu.

“Oh, aku rasa tidak. Mungkin kau salah lihat saja.” katanya mengelak.

“Mungkin juga seperti itu. Ya sudah, bagaimana kalau aku antar pulang ke rumahmu.”

“Apa kau tidak keberatan ? Rumahku jauh dari kota.” Kata Joy berusaha bersikap manis.

“Tentu saja tidak. Wanita tak baik pulang malam – malam sendirian.” Joy tersenyum ke arah Sukkie dan membenarkan posisi duduknya.

“Apa rumahmu di sini ? Kau tidak ketakukan tinggal di rumah yang sepi dengan penduduk seperti ini ?” lihat Joy ke sekeliling rumahnya yang memang sudah sedari awal dirinya tinggali sejak bernaung dan menetap di Korea.

“Tidak. Tentu aku sudah terbiasa dengan semua ini. kau mau mampir dulu atas langsung pulang ?” ucap Joy menawarinya untuk singgah sebentar ke rumahnya, namun Sukkie pun menolak lantaran dirinya tak ingin berlama – lama meninggalkan Marin di rumah sendirian.

“Kapan – kapan saja aku akan berkunjung kemari lagi, ada keponakanku di rumah yang sedang menungguku. Aku tidak enak jika harus meninggalkannya lebih lama.” Katanya.

“Oh, kalau begitu sekalian ajak saja keponakanmu kemari juga.”

“Baiklah, jaga dirimu baik, baik.” Kata Sukkie.

“Joy, namaku Joy.”

“Baiklah. Joy Piercie, bukan ?”

“Darimana kau tahu ?” kata Joy melihat ke sekeling tubuhnya tak ada identitas yang tertera di situ.

“Tadi ada di kartu nama yang jatuh di dekat sepatumu.”

“Oh, begitu.” Jawab Joy sembari tersenyum keras yang terlihat agak dibuat – buat lalu melambai – lambaikan tangannya ke arah Sukkie yang telah melaju kencang.

“Jeli juga ternyata pria ini.” gumam Joy lalu masuk ke halaman rumahnya.

 

 

★★★

 

 

Uee pun merebahkan tubuhnya ke kasur. Sudah dua hari dirinya mengurung diri dengan tidak ingin diganggu oleh siapa pun. Tidak termasuk juga ayahnya. Sebagai anak gadis yang hanya tinggal dengan ayahnya, pagi hari pun dirinya juga tak keluar kamar sekedar untuk melayani sang ayah makan selama belum berangkat menuju kantor. Padahal di hari – hari biasa pun dirinya terlihat begitu sigap melakukan semuanya sendiri tanpa berat hati, namun tidak untuk beberapa hari ini. laporan panggilan dan juga pesan singkat di phonecellnya pun juga tidak dibalasnya. Dirinya benar – benar sudah kenyang dengan menangis hingga – hingga wajahnya mengalami sedikit perubahan di kelopan mata dan pipi yang mulai membengkak. Benar – benar gadis yang rapuh. Hingga ketokan pintu dari Yunho yang mengunjungi rumahnya pun tak dibukanya.

“Uee, kenapa tidak pergi ke studio 3 hari ini ? Apa kau sakit ?” khawatir Yunho akhirnya pun mendobrak kamar Uee yang dirasanya mulai ada yang tidak beres dengan Uee sebab sudah lama tak menyahut.

Seketika dibukanya betapa kagetnya Yunho melihat Uee yang terbaring dengan memegang pil – pil kuning di tangannya yang tercecer dari toples kecilnya. Dengan mulut yang mulai berbusa hingga mengotori sebagian kerah bajunya, tanpa berpikir panjang Yunho pun segera membawa Uee ke rumah sakit terdekat.

“Bertahanlah, Uee. Bertahanlah. Jangan membuatku sedih seperti ini.” kata Yunho menggenggam erat tangan Uee yang dingin seketika Uee yang tengah didorong di tandunya menuju ruang ICU.

“Tuan, tunggu di luar saja, ya.” kata seorang suster mengingatkan Yunho untuk tidak ikut masuk ke ruang ICU.

“Tapi,”

“Maaf tuan, tapi ini demi konsentrasi dokter.” Kata suster lalu menutup pintu ruangan.

Yunho pun terpaksa harus menunggu di luar ruangan hingga Uee sudah benar – benar siuman.  Dirinya memang lelaki yang kejam. Bagaimana pun juga perihal keptusannya memutuskan Uee membuat Uee banyak tertekan dan bahkan mengalami deperesi ringan seperti ini. kalau saja dirinya tak segera datang dan menemukannya memergoki Uee yang tengah berusaha untuk mengakhiri hidupnya, mungkin Uee sudah tidak ada di dunia ini dan hanya tinggal kenangan mereka berdua yang merutuki di ingatan Yunho.

Sebuah bayangan hitam pun kembali datang. Kali ini di belakang tubuh Yunho dan berusaha untuk mencekiknya, namun Yunho yang lagi – lagi keburu pergi sapuan tangan bayangan hitam itu pun terlambat untuk menangkapnya. Hingga Yunho pun kembali berjalan seperti biasa. Dirinya tetap tak dapat merasakan aura kegelapan di belakangnya. Yunho berusaha berjalan sambil melupakan kenangan manisnya dengan Uee. Dirinya tidak ingin menjadi beban dalam kehidupan Uee. Untuk it dirinya tak akan muncul lagi di kehidupan Uee setelah hal ini usai. Uee sembuh, dia pun akan lenyap. Begitu keputusannya untuk saat ini. namun mungkin akan berbeda dengan Uee yang tetap menginginkannya untuk kembali.

 

★★★

 

Joy mengangkat telepon dari bosnya setelah dirinya melihat nama So Yoon Park tertera dalam layar phoecellnya. Dirinya tak banyak menunggu dan segera beraksi setelah menerima kode baru dari Yoon Park itu.

“Okay, Bos. Sore ini aku akan segera datang ke Bank di samping aotek. Kau tunggu saja aku di sana. Aku pastikan pakaian yang akan aku kenakan berwarna biru tua dengan rok krem. Jangan lupa supply aku dengan senapan snap yang baru juga isi pelurunya.

“Itu bisa diurus. Kau jangan datang terlambat. Dimungkinkan akan ada informasi baru yang akan kita dapat setelah ini.”

“Baik, bos. Tunggu dulu ID cardku masih ada padamu.” Kata Joy menambahkan.

“Nanti sekaligus aku berikan kepadamu. Sekarang bersiaplah.”

“Okay, bos.”

Joy pun menutup teleponnya dan segera menyiapkan senjata yang telah dirinya siapkan 2 hari yang lalu. Tak lupa dirinya pun membawa contoh sampel cheque yang akan dibawanya yang diperkirakan adalah cheque tanda bukti korupsi Lee Jang Woo.

“Heh, setelah ini harapkan bisa melumpuhkan kejahatanmu, tuan Lee Jang Woo. Kau kira aku tak tahu daftar hitammu ?” seringai Joy menyelipkan memonya ke dalam koper hitam miliknya dan segera menutupnya kesar. Lalu berganti pakaian dengan blush hitam adan bleizer biru tua kemudian mengenakan bawahan pendek krem.

About shiellafiollyamandasilaen

"Wish my creation can inspire a lot of people, at least they all whom are around me."
This entry was posted in ONESHOOT and tagged . Bookmark the permalink.

2 Responses to CONTINOUE 3RD SESSION ~ Broken Angel Double Stage

  1. Ellie Bacak says:

    I simply want to say I am just all new to blogging and site-building and certainly savored you’re web-site. Almost certainly I’m want to bookmark your website . You definitely have amazing article content. Bless you for sharing with us your webpage.

    Like

  2. Y says:

    ceritanya menarik
    saya harap chapter selanjutnya lebih menarik

    Like

Leave a comment